MONOZUKURI – HITOZUKURI
Monozukuri , atau secara alternatif dieja Monodzukuri , secara harfiah berarti ‘produksi’ atau ‘pembuatan barang’ dalam bahasa Jepang dan merupakan istilah Jepang untuk ‘ manufaktur ‘. Makna yang lebih luas mencakup sintesis kecakapan teknologi, pengetahuan, dan semangat praktik manufaktur Jepang. Semangat tersebut mencakup sikap tulus terhadap produksi dengan kebanggaan, keterampilan dan dedikasi serta mengejar inovasi dan kesempurnaan.
Saat ini menjadi kata kunci di Jepang dan banyak orang Jepang percaya bahwa monozukuri telah membawa Jepang ke posisi dominan di pasar dunia.
Monozukuri (ものづくり) adalah kombinasi dari ‘mono’ yang berarti hal dan ‘zukuri’ yang berarti tindakan pembuatan. Ini berarti keahlian atau manufaktur dan telah digunakan sebagai kata kunci dalam industri dan media massa untuk mewujudkan semangat Jepang dan sejarah manufaktur. Ini adalah kata yang berasal dari Jepang dan baru belakangan ini, sejak paruh kedua tahun 1990-an, diartikan sebagai manufaktur dan produksi. Penggunaannya dipopulerkan setelah diundangkannya Undang-Undang Dasar tentang Promosi Teknologi Manufaktur Inti [3] pada tanggal 19 Maret 1999.
Melakukan Monozukuri tidak dapat dipisahkan dengan Hitozukuri (“hito” berarti manusia, dan “zukuri” berarti proses). Dimana melalui Monozukuri, maka berarti industri juga membangun sumberdaya manusianya, membangun kultur hidup dan bukan hanya sekedar mempekerjakan manusia semata. Hitozukuri adalah membentuk manusia dalam arti secara terus menerus mengembangkan ketrampilan teknis dan kemampun untuk memecahkan masalah dengan orang lain dalam suasana saling percaya.
Monozukuri melalui Hitozukuri dapat digambarkan dengan sebuah pohon, lengkap mulai dari akar, batang, buah dan daun.Hitozukuri merupakan akar dari pohon, merupakan fondasi terkuat. Pembentukan Hitozukuri ini didukung oleh inovasi dan produktivitas.
Monozukuri merupakan batang pohon, yang menunjukkan proses untuk berkembang. Dari sini akan tumbuh batang yang akan menghasilkan buah, sebagai alat untuk implementasi di manufaktur, seperti 5S (Seiri-Seiton-Seisho-Seiketsu-Seisuke), 3G (Gemba-Genji-Gembutsu), 4R (Reduce-Reuse-Recycle-Recovery), 3M (Muda-Mura-Muri), 8 waste (DOWNTIME) dan lain-lain. Daun-daun yang terus tumbuh menunjukkan Kaizen yang harus terus menerus dilakukan. Dan yang akan menghubungkan proses-proses pada akar, batang dan buah adalah HORENSO (Houkoku-Renraku-Soudan).
(Berbagai sumber)